Wednesday, February 12, 2014

Pilihan: Emiten Farmasi dengan Portofolio Produk Barang Konsumen



Jakarta, 13 Februari 2014 – Kinerja industri farmasi sangat bervariasi di 2014, tetapi AFN merekomendasikan emiten-emiten farmasi yang memiliki banyak exposure di sektor farmasi yang permintaannya erat dengan daya beli masyarakat. PT Kalbe Farma, Tbk (KLBF) masih menjadi pilihan di antara emiten-emiten farmasi lainnya.

Menjelang pemilu, pada umumnya, daya beli masyarakat akan meningkat karenanya besarnya putaran uang di masyarakat. Industri barang-barang konsumen akan menjadi industri yang paling merasakan dampaknya. Sementara itu, beberapa emiten farmasi telah berusaha masuk ke barang-barang yang berhubungan dengan kesehatan akan tetapi perilaku konsumennya seperti perilaku barang-barang konsumen, seperti makanan nutrisi, vitamin, minuman kesehatan dan sebagainya.

PT Kalbe Farma, Tbk adalah salah satu emiten yang paling agresif masuk ke sektor ini. Divisi Produk Kesehatan, yaitu yang menaungi produk-produk berperilaku consumer goods seperti Hydro Coco, Extra Joss, dan Original Love Juice memberikan kontribusi 16% terhadap total pendapatan dan mencatatkan pertumbuhan yang baik di 17%. Total pendapatan dari divisi ini adalah Rp 1,88 triliun.

Divisi Nutrisi, yang walaupun perilakunya tidak persis sama dengan perilaku consumer goods tetapi cukup dipengaruhi oleh daya beli masyarakat secara umum, memberikan kontribusi 24% terhadap total penjualan. Pertumbuhan divisi ini tercatat 29,3% atau tercatat Rp 2,71 triliun di 9 bulan pertama.

Kalbe Farma terus menerus mengembangkan produk-produk baru untuk kedua divisi di atas. Selain inovasi produk, Kalbe juga melakukan ekspansi pasar. Awalnya, produk nutrisi Kalbe hanya ditujukan untuk segmen premium dalam bentuk susu bubuk, namun kini produk-produknya juga tersedia untuk mass market. Selain itu Kalbe juga akan ekspansi ke pasar ekspor di Asia Tenggara.

Kalbe Farma menargetkan pertumbuhan penjualan sepanjang 2014 sekitar 14-16 persen atau menjadi Rp18,24-Rp18,56 triliun dari realisasi penjualan tahun lalu sebesar Rp16 triliun. Sampai dengan 9 bulan tahun 2013, Kalbe membukukan pertumbuhan pendapatan 18% menjadi Rp 11,44 triliun dengan pertumbuhan laba bersih 9,9% menjadi Rp 1,37 triliun. Rendahnya pertumbuhan laba bersih dibandingkan pendapatan dikarenakan dampak pelemahan Rupiah.
Harga saham KLBF

Sementara emiten farmasi dengan portofolio consumer goods menjadi menarik, PT Indofarma (Persero) Tbk  (INAF) yang fokus ke obat-obatan baru saja diturunkan peringkatnya oleh PT Pefindo dari “idA-“ menjadi “idBBB+” karena pelemahan marjin keuntungan perseroan.  Kenaikan biaya tenaga kerja dan kenaikan biaya bahan baku karena pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi penyebab menurunnya marjin keuntungan Indofarma.

Pefindo juga merevisi prospek INAF dari stabil menjadi negatif karena kinerja keuangan perseroan dalam jangka pendek diperkirakan akan semakin melemah jika Indofarma tidak dapat menyesuaikan harga jual untuk mengimbangi kenaikan biaya bahan baku. Padahal, harga produk perusahaan sangat rigid, sulit untuk menyesuaikan karena perilakunya yang berbeda dengan consumer goods. Sementara itu Indofarma sebagai perusahaan farmasi milik pemerintah juga didorong untuk menghasilkan obat-obatan dengan harga terjangkau. 
Harga saham INAF