Tuesday, November 26, 2013

Central Omega Bangun Pabrik Nickel Pig Iron



Jakarta, 27 November 2013 -  PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) memutuskan menggandeng investor asal China untuk membangun pabrik bahan baku stainless steel (nickel pig iron) dengan kapasitas 160.000 ton per tahun. Keputusan ini juga didukung oleh fakta bahwa kas internal Central Omega tidak mencukupi.

Sebelumnya Central Omega berencana membangun unit hilirisasi dan pemurnian mineral (smelter) senilai US$ 300 juta (Rp 2,83 triliun). Pabrik direncanakan berkapasitas 200 ribu ton per tahun dan menggandeng perusahaan asal Taiwan, Asiazone Co. Ltd. Tetapi karena pasokan listrik sangat terbatas, maka rencana ini terpaksa ditunda.

Perusahaan menyatakan bahwa besaran investasi proyek tersebut baru dapat disimpulkan setelah pembicaraan dengan kontraktor engineering asal China rampung.  Sekedar gambaran, pabrik PT Sulawesi Mining Investment  yang berkapasitas 800.000 ton membutuhkan investasi sekitar US$ 500 juta, sementara pembangkit listrik kira-kira membutuhkan investasi US$ 1 juta/ MW.

Dengan kebutuhan investasi paling tidak US$ 148 juta ekuivalen Rp 1,75 triliun, maka posisi kas kas Central Omega yang hanya Rp 640,29 miliar dan arus kas operasional selama 9 bulan pertama hanya Rp 252,59 miliar tidak mencukupi.

Smelter nickel pig iron (NPI) akan dioperasikan oleh anak usahanya, PT COR Industri Indonesia, di mana investor China juga memiliki saham di dalamnya. Untuk mengoperasikan smelter itu, perusahaan ini juga akan membangun pembangkit listrik sendiri dengan kapasitas sebanyak 48 MW.

Sebagian besar persiapan untuk membangun smelter NPI tersebut sudah dilakukan. Misalnya, tahapan feasibility study sudah rampung dan izin analisis dampak lingkungan (Amdal) akan keluar Desember ini.

Central Omega menargetkan sudah dapat memproduksi NPI pada pertengahan tahun 2015 mendatang. Adapun pasokan bahan baku bijih nikel akan disuplai oleh izin usaha pertambangan (IUP) yang juga dimiliki oleh anak usahanya, seperti PT Mulia Pacific Resources, PT Bumi Konawe Abadi, serta PT Itamatra Nusantara.

Sepanjang Januari hingga September ini, Central Omega memproduksi 1,93 juta ton bijih nikel, naik 24,5% dibandingkan periode yang sama. Perusahaan ini juga membukukan pendapatan Rp 581,13 miliar, atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebanyak Rp 492 miliar.  

Saham Central Omega kurang terlalu likuid karena kurangnya informasi yang beredar di pasar. Setelah sempat mencapai harga tertinggi Rp 660 tahun ini di bulan April, harga DKFT kembali terpuruk di Rp 395.