Friday, January 16, 2015

Rights Issue Sierad Terindikasi Back Door Listing

 Jakarta, 16 Januari 2015 – PT Sierad Produce, Tbk (SIPD) akhirnya akan melaksanakan penambahan modal tanpa HMETD yang akan menggenapi jumlah saham untuk reverse stock, dan akan dilanjutkan dengan penambahan modal dengan HMETD (Rights Issue). Sejak suspensi dibuka awal tahun harga saham Sierad Produce terus turun ke level terendah, Rp 50. Penurunan ini dikarenakan adanya indikasi backdoor listing dari pembeli siaga, yaitu Great Giant Pineapple serta kinerja emiten pakan ternak secara umum memang sedang kurang baik.

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perusahaan pada tanggal 13 Januari 2015 yang dihadiri 51,97% pemegang sahamnya telah menyetujui bahwa Sierad Produce dapat melaksanakan penambahan modal tanpa HMETD sampai dengan 2,11 miliar lembar saham atau Rp 1 triliun. Harga pelaksanaan diharapkan Rp 520/ lembar dengan periode perdagangan 12 – 18 Februari.

Dana tersebut akan digunakan 91% untuk pembelian Obligasi Wajib Tukar (biasanya merupakan obligasi yang wajib ditukarkan dengan saham penerbit obligasi) yang diterbitkan oleh Great Giant Pineapple pada harga nominal Rp 1 triliun, sementara 9% akan digunakan untuk pembayaran sebagian pinjaman modal kerja.

Salah satu pembeli siaga yang disiapkan adalah PT Great Giant Pineapple (GGP), yaitu produsen nanas dan nanas kaleng terbesar di Indonesia yang produknya diekspor ke berbagai negara di lima kontinen di dunia.  Sementara pembeli siaga kedua adalah PT OCBC Sekuritas Indonesia. Pembeli siaga telah menyiapkan dana untuk membeli saham Sierad Produce dengan harga Rp 55 (sebelum reverse stock).

Adanya kesamaan antara pembeli siaga dan penerbit obligasi yang mana dana rights issue tersebut akan digunakan, merupakan indikasi jelas akan potensi backdoor listing yang membuat saham Sierad disuspensi pada pertengahan November lalu. Dengan menjadi pembeli siaga, bila diasumsikan tidak ada yang akan meng-exercise rights miliknya, Great Giant Pineapple berpotensi menjadi pemilik mayoritas Sierad dengan 85% saham.

 Karena GGP bukan perusahaan terbuka, maka informasi aset dan ekuitasnya tidak mungkin dapat diketahui. Estimasi aman adalah bahwa obligasi bernilai Rp 1 triliun itu tidak material di dalam aset GGP namun menjadi langkah pertama untuk backdoor listing. Lazimnya langkah pertama itu akan diikuti dengan beberapa langkah penambahan modal lainnya agar GGP benar-benar menjadi bisnis utama baru dari Sierad.

Backdoor listing biasanya kurang mendapatkan apresiasi di pasar karena beberapa hal:

  1. Adanya perubahan bisnis yang mungkin kurang disukai oleh investor minoritas. Bila pada awalnya seorang investor berinvestasi pada Sierad Produce karena memiliki minat pada pakan ternak, kini sahamnya menjadi saham atas perusahaan berbasis nanas. 
  2. Perusahaan memilih jalan backdoor listing ketimbang IPO biasanya memiliki kelemahan-kelemahan tertentu yang tidak ingin diidentifikasi melalui proses IPO yang berbelit dan teliti, misalnya kegagalan bayar terhadap beberapa kreditur.  
  3. Investor minoritas biasanya terdilusi signifikan dalam banyak kasus back door listing. Pada Sierad hal ini pun terjadi, di mana public yang sebelumnya memiliki lebih dari 50% saham menjadi susut tinggal 1,8%. 


ASCEND melihat bahwa ada manfaat di dalam aksi korporasi ini, yaitu:

  1. Memperbaiki posisi pasar. Sierad Produce merupakan perusahaan pakan ternak dengan pangsa pasar dan aset yang paling kecil dibandingkan emiten yang bergerak di bidang yang sama, yaitu PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk (CPIN), bahkan PT Malindo Feedmill, Tbk (MAIN). Posisi ini akan makin melemahkan saham Sierad di masa mendatang karena industri pakan ternak adalah industri komoditas yang mengandalkan skala ekonomis. Karena itu masuknya GGP yang memiliki portofolio retail yang besar dan pangsa pasar regional yang signifikan merupakan leverage yang dapat mendongkrak saham SIPD.
  2. Perbaikan Profitabilitas. Sierad Produce telah mengalami penurunan laba selama beberapa tahun terakhir yang disebabkan oleh banyaknya biaya yang tak dapat dikendalikan oleh manajemen – seperti harga jagung. Tidak adanya portofolio lain yang dapat mengkompensasi kenaikan beban ini telah menjadi penekan utama dan mungkin akan berlangsung dalam jangka panjang bagi Sierad. Oleh karena itu portofolio di industri nanas, serta masuknya GGP sebagai pemilik mayoritas mungkin akan mengubah model bisnis Sierad.