Monday, December 2, 2013

Laba PGN Tumbuh, Tapi Kas Turun Karena Akuisisi Pangkah



Jakarta, 3 Desember 2013 - PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) mencatatkan penurunan posisi kas sebesar US$ 663 juta yang salah satunya digunakan untuk mengakuisisi PSC Pangkah dengan nilai US$ 265 juta, penambahan kerjasama operasi lifting minyak dan gas bumi dan juga pembayaran dividen dan pinjaman.



Pada tanggal 21 Juni 2013 lalu, PGAS mengakuisisi PSC Pangkah dengan nilai mencapai US$ 265 juta. Selain itu penambahan kerjasama operasi dan perolehan aset tetap  membutuhkan pendanaan hingga US$  294 juta. Sementara itu, pembayaran dividen dan pinjaman lebih besar dari pada kedua capex tersebut dengan nilai sebesar US$ 501 juta dan US$ 83 juta.

PGAS merupakan salah satu BUMN yang tugasnya utamanya adalah melakukan distribusi dan pengangkutan gas alam. Saat ini PGAS dimiliki oleh pemerintah sebesar 56,97% dan kepemilikan publik sebesar 43,03%.

Laba Tumbuh Moderat
PGAS mencatatkan pertumbuhan laba moderat dalam 9 bulan pertama ini, yaitu 3,28% menjadi US$ 641,6 juta dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Pertumbuhan ini ditopang kenaikan penjualan bersih hingga 20,2% menjadi sebesar US$ 2.201,02 juta dibanding sebelumnya sebesar US$ 1.830,76 juta.

Keunggulan kompetitif yang dimiliki PGAS adalah harga rata-rata gas yang melewati infrastruktur PGAS lebih rendah dari pada BBM lainya. Tercatat rata-rata gas bumi PGAS dijual pada harga US$ 9,20 /mmbtu lebih rendah dibanding LPG 3 kg sebesar US$ 9,55/ mmbtu atau harga BBM jenis premium non subsidi sebesar US$ 30,41/mmbtu.


Saat ini pangsa pasar PGAS melayani industri dan pembangkit listrik hingga mencapai 1247 pelanggan atau 96,8% dari total penjualan, sementara dari segmen komersial sebesar 1709 pelanggan atau sebesar 2,7% dan untuk kebutuhan pelanggan kurang dari 1% atau mencapai 88153 jumlah pelanggan.

Penjualan ke sektor industri tercatat sebesar 784 mmscfd atau setara 96,8%. Dari rincian  sektor industri, 39% diantaranya digunakan untuk pembangkit listrik, 15% untuk industri kimia, 11% untuk keramik dan 8% untuk sektor makanan.

Namun, selama kuartal ketiga tahun ini juga, PGAS mengalami kenaikan beban pokok signifikan hingga mencapai 54,3% menjadi US$ 1.157,19 juta dibanding sebelumnya sebesar US$ 749,94 juta.

Dari struktur beban pokok, beban dari pihak ketiga, atau beban harga beli, biaya transportasi dan biaya internal lain naik 58,03% menjadi US$ 852,41 juta dari sebelumnya sebesar US$ 539,40 juta. Sementara itu beban dari distribusi sesama BUMN naik 38,83% menjadi US$ 292,43 juta dari sebelumnya US$ 210,64 juta.

PGAS yang telah mengakuisisi beberapa sumur tahun ini juga membukukan beban lifting dan produksi termasuk depresiasi sebesar US$ 12,35 juta, hal ini belum terjadi pada tahun lalu.

Peningkatan beban ini mengakibatkan laba bruto PGAS tertekan. Tercatat laba bruto turun 3,4% menjadi US$ 1.043,8 juta dari sebelumnya US$ 1.080,8 juta. Marjin laba bruto juga turun menjadi 47,42% dari sebelumnya 59,03%.

Beban operasi juga mengalami kenaikan. Dari komponen beban operasi, beban distribusi dan transmisi naik 11,35% menjadi US$ 206,57 juta dari sebelumnya US$ 184,74  juta. Sementara itu, beban umum dan administrasi naik US$ 145,24 juta dari sebelumnya US$ 127,26 juta.

Hal ini mengakibatkan laba operasi semakin tertekan atau turun hingga 11,2% menjadi US$ 697,60 juta dari sebelumnya US$ 785,60 juta. Marjin laba usaha juga mengalami penurunan menjadi 31,69% dari sebelumnya 42,91%.

EBITDA juga mengalami penurunan sebesar 3,27% atau menjadi sebesar US$ 836,0 juta dari sebelumnya US$ 921,0 juta.

Sementara itu laba bersih PGAS justru naik 3,28% menjadi US$ 641,6 juta dari periode sebelumnya sebesar US$ 621,3 juta. Namun, marjin laba bersih PGAS turun menjadi 29,15% dari periode sebelumnya sebesar 33,94%.

Kenaikan laba bersih PGAS diperoleh dari laba selisih kurs, pendapatan keuangan, laba penilaian nilai wajar derivatif dan bagian laba dari entitas anak.

Aset Turun Akibat Akuisisi dan Pembayaran Dividen serta Pinjaman
Walaupun mencatatkan pertumbuhan laba, namun aset PGAS turun. Aset PGAS tercatat turun 3,63% menjadi US$ 3.766 juta dari periode akhir tahun lalu sebesar US$ 3.908 juta.

Penurunan ini terutama terjadi karena penurunan kas diantaranya untuk akuisisi dan pembayaran dividen serta pinjaman. Kas PGAS berkurang menjadi US$ 904 juta dari sebelumnya US$ 1.567 juta.

Sementara liabilitas  PGAS tercatat turun, ekuitas tercatat naik. Liabilitas PGAS turun menjadi US$ 1.264 juta dari sebelumnya US$ 1.553 juta. Hutang jangka panjang PGAS tercatat turun menjadi US$ 682 juta. 


Liabilitas PGAS terhadap karyawannya masih tinggi pada kuartal ketiga ini meskipun mengalami penurunan dari tahun lalu. Tingginya liabilitas kepada karyawan ini serupa dengan BUMN lain, terutama BUMN yang telah terbentuk hingga puluhan tahun yang mempunyai kewajiban karyawan cukup besar. Tercatat kewajiban karyawan PGAS sebesar US$ 118 juta turun dari periode akhir tahun lalu sebesar US$ 149 juta. 

Menurut, Wahid Sutopo, Direktur operasional PGAS, penurunan ini dikarenakan sebagian kewajiban karyawan PGAS telah diselesaikan oleh Asuransi Jiwa Seraya. Tercatat hampir Rp 500 miliar kewajiban tersebut terselesaikan, meskipun begitu nilai kewajiban tertanggungnya masih tinggi.

AFN melihat bahwa potensi pertumbuhan PGAS terbuka lebar mengingat saat ini pipa pengangkutan gas yang dimiliki PGAS hanya berada pada jalur Jawa, Sumatera dan Singapura. Hingga saat ini pengembangan usaha PGAS di Indonesia Timur masih minim dan hanya sebatas unit bisnis strategis di Sulawesi Selatan. Ekspansi jaringan pipa gas ke Kalimantan dan Indonesia Timur bahkan belum dilakukan.

Harga gas yang rendah bisa jadi menjadikan keunggulan kompetitif sebagai subtitusi minyak bumi atau batubara. Namun, di sisi lain jika ini tidak dikelola dengan baik, justru berpotensi menekan marjin PGAS.