Sunday, June 23, 2013

Tender Offer Indomobil di tengah Kebangkitannya


Indomobil Sukses Internasional, Tbk (IMAS) akan menggelar penawaran tender offer wajib setelah diambil alih oleh Gallant Venture Ltd akhir Desember lalu. Tender wajib tersebut menyasar 818,5 juta saham atau 29,6% dari total saham beredar. Harga penawaran adalah Rp 5.426,-. Tender ini tidak termasuk saham yang dimiliki oleh PT Tritunggal Intipermata sebanyak 18,05% karena sudah ada pernyataan penolakan ikut tender wajib dari perusahaan bersangkutan. 


Gallant merupakan perusahaan investor berkantor pusat di Singapura dengan fokus pertumbuhan ekonomi kawasan regional. Total aset yang dikelolanya sebesar S$ 1,63 juta dengan pendapatan tahun 2012 mencapai S$ 203.229. Gallant membeli 1,45 miliar saham IMAS atau 52,35% dari seluruh saham pada tanggal 13 Desember 2012 (CSPA) dan efektif tanggal 2 Mei 2013 dengan harga Rp 5.420,-/ saham. Karenanya Gallant terkena kewajiban melakukan tender offer.


Harga IMAS terlihat naik selama seminggu ke belakang menuju angka tender offer merefleksikan antisipasi pasar terhadap tender offer ini.

AFN melihat adanya sisi positif investor untuk TIDAK melakukan tender offer atau dalam kata lain, HOLD kepemilikan atas IMAS:
1. All New Grand Livina berpotensi untuk menjadi motor kebangkitan IMAS. Diperkirakan dengan merek Livina, IMAS dapat mendorong pertumbuhan ke depannya terutama dengan makin kuatnya pangsa pasar yang dikuasai. Selama ini Grand Livina menyumbangkan 50% penjualan Nissan, merek andalan Indomobil.

2. Beberapa analis di perusahaan sekuritas seperti Nomura, Deutsche Bank, dan Mandiri Sekuritas merekomendasikan buy dengan harga lebih dari Rp 6.000,-/saham, menunjukkan confidence pasar institusi terhadap saham ini.

3. IMAS menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba kotor yang konsisten, walaupun laba bersih turun di tahun 2012 karena harga pokok penjualan dan beban keuangan yang meningkat. Pertumbuhan ini memberikan konfirmasi terhadap makin tingginya penguasaan pasar IMAS di Indonesia.


Akan tetapi AFN juga melihat risiko ke depannya yaitu bahwa Gallant memiliki portofolio hanya di Indonesia yaitu Batam dan Bintan. Gallant juga mencatat pendapatan terbesarnya, 54%, dari segmen bisnis utilitas (penyedia utilitas untuk Batamindo Industrial Park, Bintan Industrial Estate dan Bintan Resorts), dan 44% lainnya dari kawasan Industri dan resort di kedua area tersebut. Gallant belum terbukti memiliki kompetensi stratejik yang dapat membantu IMAS pada penguasaan pasar otomotifnya. Gallant bahkan berpotensi menggunakan IMAS sebagai cashcownya mengingat arus kas operasional maupun arus kas bersihnya negatif di tahun 2012.