Wednesday, January 15, 2014

Investor asing kembali, IHSG reli diawal tahun



Rabu, 14 Januari 2014 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal pekan (13/1) kemarin membukukan kenaikan tertinggi hingga 3,19% atau paling signifikan sejak September tahun lalu dengan didorong aksi beli investor asing yang mencapai hampir Rp 2 triliun atau aksi beli asing yang tertinggi sejak Mei 2013 lalu. Hal ini berlanjut sampai hari ketiga pekan ini.

Hingga sore perdagangan hari ini, Rabu, 14 Januari 2014, investor asing pun kembali mencatatkan net buy hingga Rp 1,07 triliun dengan secara berturut-turut pada pekan kedua Januari ini setelah asing memcatatkan pembelian dalam jumlah signifikan, apakah hal itu mengindikasikan asing mulai masuk lagi ke Indonesia setelah pada semester kedua 2013 lalu capital outflow  di pasar modal tercatat hingga Rp 40,1 triliun?

Beberapa spekulasi tentang analisis asing kembali ke emerging market terutama pasar Indonesia, berkembang di pasar selama pekan ini akibat membaiknya ekonomi AS, the Fed yang tidak menghentikan program stimulusnya dan hanya mengurangi stimulusnya 9% atau US$ 10 miliar menjadi US$ 75 miliar dan pasar Indonesia yang sudah mencapai bottom line sehingga potensial menguat seperti pasar regional lainnya. 

Faktor pertama adalah karena data tenaga kerja AS yang membaik. Parameter pengangguran AS  turun menjadi 6,7% pada akhir tahun lalu dibandingkan bulan sebelumnya yang masih berkisar pada angka 7%. Ini mendorong kembalinya investor asing ke pasar Indonesia. 

Faktor kedua yaitu efek the Fed tapering tampaknya sudah pudar. Ketika tahun lalu strategi the Fed untuk memangkas, melanjutkan atau bahkan menghentikan program stimulus tidak jelas, pasar negara berkembang termasuk Indonesia bergerak volatile. IHSG turun signifikan hingga level 3.838 dari level tertingginya pada 5.251 poin,  diikuti oleh keluarnya investor asing dari Indonesia. 

Namun, dengan kepastian the Fed yang mempertahankan stimulusnya sebesar US$ 75 miliar hingga inflasi AS mencapai 2,5% dan angka pengangguran turun hingga 6,5% untuk menjaga pertumbuhan ekonomi AS membuat optimisme asing kembali. Asing kembali masuk ke pasar Indonesia karena likuiditas pendanaan dari institusi keuangan di AS terjamin oleh stimulus the Fed..

Faktor ketiga yaitu, investor asing menilai Indonesia masih termasuk murah dibandingkan potensi pertumbuhannya. Hal ini terlihat dengan rata-rata PER atau price earnings ratio yang berada pada kisaran 15,2 kali atau lebih rendah dari rata-rata beberapa indeks regional mendorong investor asing kembali masuk ke Indonesia.

Indices
 PER
Jakarta Comp.
        15.20
Thai SET
        14.59
S&P 500
        19.51
India Sensex
        17.76
Hang Seng
        11.43
Straits Times
        12.30
Kospi
        11.73
Philippines
        31.66
Average
        16.77
Sebagai catatan, IHSG telah hanya naik 2% yoy dibandingkan dengan rata-rata indeks global yang naik mencapai 20%, dengan kenaikan tertinggi oleh Argentina 79,3% disusul Nikkei Jepang yang mencapai 42,8% dinilai terlalu rendah dibandingkan pasar internasional.


Faktor yang keempat yaitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun diprakirakan melambat, namun masih mencatatkan nilai tertinggi kedua di dunia. Ini meyakinkan investor asing bahwa Indonesia masih dapat memberikan imbal hasil yang relatif tinggi dibandingkan dengan negara lain. Apalagi setelah Bank Indonesia dalam keputusan rapat bulanan di bulan Januari pekan kemarin memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level 7,5%.

Disisi lain, Rupiah sempat menguat terhadap Dollar AS pada level tertinggi pada Senin 13 Januari, sejak sebulan terakhir. Rupiah ditutup pada level Rp 12.047 per Dollar AS akibat kembali masuknya investor asing kemarin.

Sebagai catatan pula, di hari yang sama, indeks regional Asia ditutup beragam, Thailand turun 0,4% di tengah protes terhadap pemerintah, India naik 1% di tengah kenaikan inflasi hingga 11,62% yoy, Shanghai turun 0,5% ditekan penurunan saham properti, Sydney terkoreksi 0,4% ditekan saham pertambangan, sementara Kospi naik 0,6% didorong sektor manufaktur dan elektronik.

Penguatan indeks regional ini memberikan indikasi bahwa asing masuk di pasar-pasar regional, walaupun lebih banyak di Indonesia dibanding emerging market lain, mengingat dalam dua hari transaksi ini hanya bursa Indonesia dan Nikkei yang menguat signifikan, sementara India dan regional lain masih menguat wajar. Hal ini tentu memberikan faktor risiko tersendiri terhadap investor lokal, yaitu hot money.

Namun, yang perlu diperhatikan sebagai faktor risiko adalah mewaspadai hot money yang berada di pasar saham. Seperti diketahui di pasar saham, asing masuk terutama pada saham unggulan yang sifatnya sangat likuid, sehingga kapan saja investor asing bisa menarik investasinya dari bursa Indonesia, sebagaimana yang terlihat pada Mei 2013 lalu, akibatnya pun IHSG terkoreksi signifikan dan banyak investor ritel yang merugi akibat terlambat keluar atau yang baru masuk di saat level IHSG tinggi dimana investor asing keluar. 

Sisi positifnya, AFN melihat dengan dorongan investasi asing yang masuk diharapkan akan mendorong pergerakan IHSG dan implikasinya pun akan memberikan imbal hasil yang naik juga dirasakan investor domesik yang portofolionya mencapai 60% dari total portofolio IHSG.


 

No comments:

Post a Comment