Thursday, February 20, 2014

PUT I Garuda Tidak Menarik


Jakarta, 21 Februari 2014 – PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk (GIAA) akan melakukan penawaran umum terbatas (PUT) yang pertamanya  dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Jumlah saham yang ditawarkan adalah 3,23 miliar lembar saham, atau setara dengan  14,22% saham yang beredar sekarang. Nilai penawaran ini akan mencapai Rp 1,48 triliun – Rp 1,61 triliun.

Melalui PUT  I ini setiap pemegang saham 701.409 lembar berhak mendapatkan 100.000 lembar rights (HMETD). Tiap lembar rights memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 lembar saham dengan harga Rp 460 – 500 per lembar.

Rencananya perusahaan akan menggunakan 80% dari dana yang diterima Rp 1,18 – 1,29 triliun untuk pengembangan armada baru berjenis B737 Series, B777 series, A330 series dan A320 series. Sisanya sebesar 20% akan digunakan untuk modal kerja dalam bentuk pembayaran sewa pesawat.

AFN melihat bahwa penawaran umum ini, yang paralel dengan aksi perusahaan untuk menjual saham Citilink-nya, memberikan indikasi sebagai berikut:
1.    Garuda ingin fokus kepada pengembangan segmen premium dengan didukung merek serta proses bisnis yang baik
2.    Garuda ingin ekspansi kepada rute-rute yang lebih banyak dan lebih profitabel.

Akan tetapi menurut AFN penawaran saham ini kurang menambah nilai pemegang saham karena hal-hal berikut ini:
1.    Kemampuan Garuda untuk menghasilkan laba dari pendapatannya menurun, dilihat dari kinerjanya tahun 2013. Padahal tahun 2013 ini adalah tahun dimana jumlah wisatawan tertinggi sejak tahun 1993, yaitu 13,52% sampai dengan Juni. Seharusnya kinerja pariwisata secara umum ini dapat dikonversikan menjadi laba oleh Garuda.
2.    Dengan target pasar yang premium, seharusnya kenaikan beban-beban seperti beban bahan bakar dan beban tiket, dapat dibebankan kepada penumpang (passthrough). Kenyataan bahwa  Garuda tidak mampu melakukan passthrough menunjukkan bahwa positioning Garuda di pasar premium adalah lemah.
3.    Harga saham Garuda telah mengindikasikan rasio P/E sebesar 1075 kali, artinya pemegang saham sekarang baru dapat memperoleh kembali modal investasinya setelah 1075 tahun dengan laba ini. Dengan efek dilusi, jangka waktu ini akan makin panjang.
4.    Arus kas operasional perusahaan tidak cukup untuk pemeliharaan pesawat. Garuda mencatatkan arus kas dari aktivitas operasional US$ 139,03 juta  sementara kas yang digunakan untuk dana pemeliharaan pesawat mencapai US$ 235,31 juta di tahun 2013. Peningkatan posisi kas yang terjadi adalah karena pinjaman jangka panjang yang diperoleh perusahaan. Ini tidak akan mampu untuk mempertahankan perusahaan dalam jangka panjang.

No comments:

Post a Comment