Thursday, March 20, 2014

Dharma Satya Laporkan Laba Bersih Turun 5% karena Kenaikan Utang



Jakarta, 21 Maret 2014 – PT Dharma Satya Nusantara, Tbk (DSNG), perusahaan perkebunan kelapa sawit dan kayu olahan, yang masuk bursa  pada Juni 2013 yang lalu melaporkan kinerja pendapatan naik 13% tapi laba bersih turun 5%.

Pendapatan perusahaan naik 13% menjadi Rp 3,84 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 3,41 triliun. Pendapatan ini didorong oleh kenaikan produksi minyak sawit mentah (CPO) sebesar 30,7% menjadi 335.730 ton dan kenaikan penjualan sebesar 33,2% menjadi 336.240 ton.

Kenaikan penjualan terutama diperoleh dari penjualan ke pasar lokal yang meningkat 18% mencapai Rp 2,58 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 2,19 triliun. Kontribusi penjualan ke pasar lokal juga jadi meningkat dari 64% menjadi 67%. Sementara itu penjualan ke pasar ekspor juga meningkat walaupun lebih tipis, yaitu 3% menjadi Rp 1,26 triliun. Sebagian besar penjualan adalah kepada PT Sinar Mas Agro Resources and Technology, Tbk (SMAR) dan PT Wilmar Nabati Indonesia. 
 
Sepanjang 2013, produksi tandan buah segar (TBS) perusahaan meningkat 21,7% menjadi 1,24 juta ton dibandingkan tahun 2012. Seluruh TBS diproses menjadi minyak sawit dengan Oil Extraction Rate (OER) tetap di atas 24%, sementara Free Fatty Acid (FFA) turun jadi 2,67%.


Walaupun kinerja penjualan baik, namun laba bersih tercatat turun 5% jadi Rp 203,17 miliar. Hal ini dikarenakan kenaikan yang cukup signifikan pada utang dan konsekuensinya beban bunga naik 131% menjadi Rp 362.73 miliar.


Per Desember 2013, perusahaan memiliki lahan tertanam seluas 70.527 hektar, dimana 74,97% adalah lahan menghasilkan. Rata-rata usia tanam kebun inti mencapai 7,4 tahun.  Produktivitas kebun naik jadi 24,6 ton per hektar dibandingkan tahun 2012 yang hanya 22,9 ton per hektar.

Di samping CPO, perusahaan  juga memproduksi kayu olahan. Total produksi panel kayu, pintu kayu
(engineered doors) dan lantai kayu (engineered flooring) masing-masing – mengalami penurunan
sebesar 26,9%, 42,9%, dan 8%.

Tapi strategi perusahaan yang menjual produk-produk kayu bernilai tambah tinggi telah cukup berhasil. Kesuksesan ini diindikasikan dari rata-rata harga jual produk kayu  yang meningkat signifikan: Harga rata-rata penjualan panel kayu, pintu kayu dan lantai kayu perseroan masing-masing melonjak 28,4%, 55%, dan 15,1%.

Pada Juni 2013 lalu, perusahaan baru saja masuk bursa dengan menawarkan 275 juta lembar atau 12,97% dari modal ditempatkan, masing-masing seharga Rp 1.850. Total dana bersih yang didapatkan perusahaan pada saat itu adalah Rp 468,37 miliar yang rencananya akan digunakan untuk peningkatan modal anak perusahaan, pembangunan pabrik, relokasi pabrik kayu, dan pembayaran pinjaman, serta peningkatan modal kerja perusahaan. Sampai dengan Desember 2013, perusahaan telah merealisasikan 93,5% dari dana tersebut.

Kini saham perusahaan dihargai Rp 2.960 oleh pasar, atau naik 60% dibandingkan harga IPO-nya dan mencerminkan rasio P/E yang cukup tinggi yaitu 30,88 dan PBV 3,83x. Padahal raksasa perkebunan sawit di Indonesia, PT Astra Agro Lestari, Tbk (AALI) hanya dihargai dengan rasio P/E 21,9x dan PBV 4x; sedangkan PT London Sumatra Plantation, Tbk (LSIP) mencatat rasio P/E 17,1x dan PBV 2x.

AFN melihat bahwa walaupun Dharma Satya memiliki prospek yang baik, dengan proses informasi kepada investor yang baik, namun investor yang akan membeli dengan harga saat ini perlu hati-hati dengan kemungkinan koreksi. 
 

No comments:

Post a Comment