Wednesday, March 26, 2014

IPO Blitz Megaplex kemahalan

Jakarta, 26 Maret 2014 - PT Graha Layar Prima, operator bioskop yang memegang merek Blitzmegaplex, merencanakan penawaran saham ke masyarakat senilai Rp 2.800 hingga Rp 3.300 per saham. AFN melihat bahwa nilai tersebut terlalu mahal mengingat kinerja fundamentalnya yang masih menunjukkan tekanan serta potensi dilusi.

Profitabilitas Graha Layar Prima tercatat sangat rendah terutama karena besarnya beban usaha serta beban keuangan. Sampai akhir triwulan 2013, perseroan hanya mampu menelurkan marjin laba usaha 1% dan mencatatkan rugi bersih.

Padahal perseroan pada waktu yang sama membukukan kenaikan pendapatan hingga 40,26% yoy pada kuartal ketiga tahun 2013 menjadi Rp 228,65 miliar dibandingkan dengan sebelumnya hanya Rp 163,02 miliar. Sementara itu, tercatat laba bruto bahkan tumbuh lebih besar hingga mencapai Rp 143,04 miliar selama kuartal ketiga 2013 dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp 99,62 miliar.

Laba Rugi
3Q2013
3Q2012
% 
2012
2011
 %
Pendapatan
    228.649
     163.019
40.26%
    223.324
    150.076
48.81%
Beban Langsung
    (85.608)
     (63.396)
35.04%
    (86.752)
    (58.668)
47.87%
Laba Bruto
    143.041
       99.624
43.58%
    136.572
       91.418
49.39%
Beban usaha
  (140.706)
   (127.910)
10.00%
  (168.242)
  (168.027)
0.13%
Laba Usaha
         2.334
     (28.286)
108.25%
    (31.669)
    (76.609)
58.66%
Beban Keuangan
       (3.154)
   (112.478)
97.20%
  (201.591)
  (136.117)
48.10%
Laba Sebelum Pajak
       (3.739)
   (194.306)
98.08%
    115.381
         8.714
1224.09%
Laba Bersih
       (3.738)
   (194.299)
98.08%
    115.383
         8.714
1224.11%
dalam Rp Juta







Beban usaha yang sangat tinggi terutama disebabkan oleh tiga beban utama, yaitu gaji karyawan, biaya sewa dan biaya depresiasi. Ketiganya bukanlah faktor yang dapat turun dalam waktu dekat, malah berpotensi naik.

Sementara beban keuangan juga sampai dengan akhir 2012 merupakan faktor penekan yang signifikan. Akhir 2012 lalu, Graha Layar Prima masih dapat  membukukan laba setelah beban keuangan ditutup oleh restrukturisasi dari kreditor. Tetapi program restrukturisasi ini tidak terlihat memiliki dampak nyata bagi perseroan, dan perseroan kemungkinan besar ke depannya akan kembali menghadapi masalah keuangan.


Neraca
3Q2013
2012
2011
ytd 13-12
yoy 12-11
Kas
     294.498
         42.272
       36.288
596.67%
16.49%
Piutang
          5.278
           6.726
         5.860
-21.53%
14.78%
Aset Lancar
     335.440
         73.519
       63.841
356.26%
15.16%
Aset Tetap
     250.043
      254.649
    280.511
-1.81%
-9.22%
Aset Tidak Lancar
     287.693
      286.698
    355.744
0.35%
-19.41%
Aset
     623.132
      360.217
    419.585
72.99%
-14.15%






Hutang
     494.447
      784.077
    774.929
-36.94%
1.18%
Liabilitas Lancar
     577.596
         62.376
    247.938
825.99%
-74.84%
Liabilitas Tidak Lancar
          6.030
      788.857
    778.045
-99.24%
1.39%
Ekuitas
       39.509
    (491.015)
  (606.398)
108.05%
-19.03%
dalam Rp Juta






Berdasarkan laporan neraca keuangan, aset terlihat tumbuh signifikan hingga 72,99% pada kuartal ketiga tahun 2013 lalu senilai Rp 623,13 miliar, namun pertumbuhan tersebut karena perolehan kas yang naik signifikan sementara pos-pos lainnya relatif stagnan.

Arus Kas
3Q2013
3Q2012

2012
2011
Arus Kas dari Operasi
        82.663
             (288)

       24.008
    (18.160)
Arus Kas dari Investasi
     (30.577)
       (15.039)

    (18.024)
    (21.684)
Arus Kas dari Pendanaan
     200.140
                  -  

                -  
                 5
Setoran Modal
     534.262
                  -  

                -  
                 4
Pembayaran Pinjaman
   (333.732)
                  -  

                -  
                -  
dalam Rp Juta






Berdasarkan aliran kas tersebut dapat dilihat bahwa bertambahnya kas Graha Layar Prima berasal dari penambahan modal oleh pemilik dengan menyuntikkan modal hingga senilai Rp 534,26 miliar selama tahun 2013.

Meskipun meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya, arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi pun tercatat hanya sebesar Rp 82,66 miliar.

Graha Layar Prima bahkan mencatatkan hutang yang harus dibayar selama 2013 lalu sebesar Rp 494,45 miliar sehingga dengan beban yang tinggi tersebut kinerja selama tahun buku 2013 pun diprakirakan masih akan membukukan kerugian tanpa restrukturisasi.

Pemegang saham pasca IPO dan ESA

Pemegang saham pasca CB
Pemegang saham
Lembar/nominal Rp 100

Lembar/nominal Rp 100

PT Pangea AB
                    181,800
0.06%
                  181,800
0.04%
PT Catur KAJ
                    181,800
0.06%
                  181,800
0.04%
PT Wacana CU
                    363,600
0.12%
                  363,600
0.07%
PT Layar Persada
            162,886,600
53.65%
          162,886,600
32.34%
Karyawan
                 7,000,000
2.31%
               7,000,000
1.39%
Masyarakat
            133,000,000
43.81%
          133,000,000
26.41%
CJ CGV Co., Ltd.


          100,000,000
19.86%
IKT Holdings Limited


          100,000,000
19.86%
Total
            303,613,800
100%
          503,613,800
100.00%
Saham PAB, CKAJ dan WCU dengan nominal Rp 20.000


Saham Layar Persada dengan nominal Rp 3.834, sementara lainnya dengan nominal Rp 100

AFN melihat, masuknya Graha Layar Prima atau operator Bliztmegaplex ini ke bursa adalah bagian dari restrukturisasi utang perseroan. Dalam prospektusnya, dua kreditur akan memperoleh hak pengalihan hutang menjadi ekuitas dengan nilai hutang sebesar Rp 280,90 miliar yang akan dikonversi ke saham sejumlah 200 juta lembar atau setara dengan nilai Rp 1.495 per saham.

Kedua kreditur ini bersama-sama akan memiliki 39,73% saham perusahaan, lebih besar daripada pemegang saham mayoritas saat ini, PT Layar Persada.

Jika dilihat dari lini bisnisnya, CJ CGV merupakan salah satu operator bioskop di Korea atau setidaknya masih linier dengan lini bisnis Graha Layar Prima, sementara IKT Holding merupakan perusahaan investasi asal Hong Kong yang dimiliki oleh perusahaan asal Korea yang mungkin masih mempunyai hubungan atau terafiliasi dengan CJ CGV.

Saham yang dilepas ke publik adalah 133 juta lembar yang tercatat pasca IPO atau sebesar 43,81%. Bobot ini akan berkurang paska konversi utang ke ekuitas, menjadi hanya 26.41%.

AFN menyimpulkan harga saham yang ditawarkan Graha Layar Prima sebesar Rp 2.800 hingga Rp 3.300 per lembar dinilai terlalu mahal karena beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1.    Kinerja fundamental yang masih tertekan terutama pendapatan yang diragukan belum mampu menutup beban langsung dan usaha yang masih tinggi. Ini akan terus menekan profitabilitas Graha Layar Prima.
2.    Dengan kisaran harga, maka rasio harga atas nilai buku adalah 3,3 – 3,45x.
3.    Beban keuangan yang masih sangat tinggi akan mengakibatkan kebutuhan kredit lagi dan akan menekan profitabilitas Graha Layar Prima.
4.    Harga eksekusi konversi saham ke CJ CGV dan IKT Holding yang sebesar Rp 1.495 per saham jauh lebih kecil dibandingkan dengan harga yang ditawarkan ke publik sehingga investor publik dirugikan.
5.    Potensi dilusi saham publik juga ada pasca konversi hutang ke saham tersebut.

No comments:

Post a Comment