Tuesday, August 5, 2014

Ekonomi Indonesia Melambat (lagi) pada Triwulan Kedua 2014, Investor Perlu Sesuaikan Portofolio

Jakarta, 5 Agustus 2014Badan Pusat Statistik (BPS) dalam siaran pers pagi ini, mengumumkan ekonomi Indonesia melambat pada triwulan kedua 2014 yang tumbuh hanya sebesar 5,12% dibandingkan pada triwulan pertama lalu yang tumbuh hingga 5,21%. Dengan data ini berarti perlambatan pertumbuhan sudah terjadi selama 3 triwulan berturut-turut. ASCEND merekomendasikan investor untuk menyesuaikan portofolionya seiring dengan perlambatan ekonomi apabila pemerintah baru tidak juga melakukan dorongan terhadap pertumbuhan infrastruktur.

Dalam tiga triwulan terakhir, ekonomi Indonesia sudah menunjukkan perlambatan. Ketergantungan ekonomi Indonesia hanya dari sektor konsumsi rumah tangga yang menyumbang 55,79% komponen ekonomi Indonesia, sementara komponen lainnya seperti sektor investasi dan perdagangan belum mampu tumbuh  secara signifikan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat.

Beberapa unsur yang cenderung membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat aalah pertumbuhan infrastruktur yang masih rendah, juga produktivitas yang rendah dibanding negara lain, beban anggaran subsidi yang dinilai tidak tepat dan defisit perdagangan pada pos-pos penting terutama pada segmen kebutuhan pokok, serta Indonesia yang cenderung dijadikan pasar pada produk-produk penting tertentu dari negara lain padahal nilai tambah tersebut seharusnya dapat diciptakan di Indonesia.

Sebelumnya menurut riset yang dilakukan Reuters, beberapa analis dan ekonom yang disurvey Reuters meyakini dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia masih akan tumbuh di bawah target pemerintah terpilih sebesar 7% per tahun dan untuk triwulan kedua 2014 ini masih mampu tumbuh sebesar 5,3%.

Secara sektoral, pertumbuhan masih didorong oleh sektor konsumsi domestik rumah tangga yang tumbuh sebesar 5,59%, pertumbuhan sektor investasi sebesar 4,53% dan penurunan impor hingga 5,02%, sedangkan pengeluaran pemerintah turun 0,71% dan ekspor melambat 1,04%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih ditopang pada sektor konsumsi, sementara sektor investasi dan pengeluaran pemerintah terutama yang ditujukan pada belanja infrastruktur tidak tumbuh terlalu signifikan. Selain itu, melemahnya neraca perdagangan dengan penurunan ekspor, membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti berjalan di tempat. Sektor tambang melambat selama semester pertama, sedangkan sektor perkebunan dan industri olahan tumbuh.

Di sisi lain, Bank Indonesia dalam upayanya untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah dan menahan arus modal asing kembali ke negara asal, telah menaikkan suku bunga setidaknya lima kali dalam setahun terakhir. Namun, upaya tersebut nampaknya belum mampu mendorong investasi terutama dalam sektor riil.

Pemerintah dalam upayanya menciptakan nilai tambah, telah melakukan pembatasan dan pelarangan ekspor bijih tambang dengan menerbitkan peraturan pembangunan smelter untuk mendorong nilai tambah ekspor dan produksi tambang. Namun, karena baru berjalan sejak Januari lalu dan realitasnya hanya sedikit smelter yang beroperasi belum mampu meningkatkan nilai ekonomi dari sektor tambang untuk menyumbang pertumbuhan PDB dalam waktu dekat ini.

Pemerintah terpilih yang telah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 6 hingga 7% per tahun dalam beberapa tahun ke depan, dihadapkan pada tantangan untuk merealisasikan janjinya ketika menjabat mulai 20 Oktober 2014 mendatang.

Melihat data ini, ASCEND merekomendasikan investor sebaiknya kembali menyesuaikan portofolionya terhadap pertumbuhan ekonomi negara terbesar di Asia Tenggara ini yang melambat di bawah perkiraan dan cenderung underperform terhadap target semestinya.

ASCEND melihat pertumbuhan infrastruktur perlu dipacu oleh pemerintah. Selain itu pemerintah juga harus berupaya melalui kebijakan seperti memproteksi produk nasional, menekan impor, menciptakan produk impor tersebut di dalam negeri dan memperbaiki kebijakan-kebijakan yang justru menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti mencabut subsidi bahan bakar minyak untuk menciptakan nilai tambah sehingga pertumbuahn PDB terdorong signifikan.

Sebagai catatan, meskipun PDB Indonesia tertinggi se-Asean dan nomor 18 peringkat global, namun PBD per kapita Indonesia masih jauh lebih rendah dibanding negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.

1 comment:

  1. Jakarta, Aktual.com — Rilis pertumbuhan ekonomi kuartal II 2015 yang belum cukup kuat menahan pelemahan laju rupiah. Selain itu, reaksi pemerintah yang terkesan tenang menanggapi pelemahan rupiah justru memberikan sentimen negatif.

    BACA SELENGKAPNYA DI :
    Ekonomi RI Melambat, Rupiah Diprediksi Masih di Zona Pelemahan

    ReplyDelete