Sunday, November 30, 2014

Harga Jual Keramik Naik 2% Paska Kenaikan BBM

Jakarta, 1 Desember 2014 – Menyusul kenaikan BBM yang ditetapkan pemerintahan baru, Asosiasi Keramik Indonesia akan mengerek harga jual 2% mulai awal Desember, terutama karena perusahaan keramik terpaksa menanggung biaya distribusi yang lebih besar. Kenaikan harga BBM walaupun berdampak negatif kepada emiten keramik, namun nampaknya belum tercermin di dalam harga saham mereka.

Menurut Asosiasi, kenaikan harga BBM lebih berdampak pada biaya distribusi karena kendaraan untuk mendistribusikan produk keramik ke berbagai daerah masih menggunakan BBM solar bersubsidi. Hal itu berbeda dengan proses produksi pabrik yang sudah menggunakan BBM industri. Kenaikan harga BBM itu menyulut permintaan para distributor untuk meningkatkan juga tarif pengangkutan hingga 30%.
 
Terlihat dari tabel bahwa biaya pengangkutan terhadap pendapatan pada masing-masing emiten keramik berbeda-beda, berkisar dari yang paling kecil hanya 0,57% sampai kepada yang terbesar 28,82%, dengan rata-rata 9,30%.

Tampak pula bahwa tahun ini emiten-emiten keramik banyak mengalami pertumbuhan pendapatan. Hanya ada satu emiten, yaitu PT Keramika Indonesia Asosiasi, Tbk (KIAS) yang mengalami penurunan pendapatan karena hilangnya banyak bisnis dari pihak ketiga, sehingga penjualan Keramika hanya ditopang penjualan kepada pihak berelasi.

Walaupun pendapatan bertumbuh, PT Intikeramik Alamasri Industri, Tbk (IKAI) malah mengalami rugi bersih sebesar Rp 11,94 miliar, atau Rp 15,09 per lembar. Intikeramik telah mencatatkan rugi selama beberapa tahun terakhir.  

Emiten keramik berkapitalisasi terbesar, yaitu PT Arwana Citramulia, Tbk (ARNA), memiliki kinerja profitabilitas tertinggi dengan marjin laba bersih 16,7%, jauh di atas rata-rata 7,78% dan imbal hasil atas ekuitas (ROE) mencapai 71%. Dengan utang yang lebih rendah daripada rata-rata, Arwana ditransaksikan pada PBV tertinggi dibandingkan emiten-emiten keramik lainnya, yaitu sampai dengan 8,14 kali.

Pelaku usaha keramik juga menyebutkan tantangan sebelumnya adalah kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang sudah lebih dahulu menekan beban produksi. Sejak Juli sampai November, mereka mengaku biaya energi sudah naik 40%. Kenaikan biaya energi tersebut lantas mengerek beban produksi sebesar 5%.


Paska menaikkan harga jual Desember nanti, pelaku usaha masih optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan penjualan di kuartal IV. Katalis positifnya adalah anggaran proyek pemerintah yang cair di semester II, biasanya dibelanjakan di kuartal IV.

Pergerakan Saham Arwana Citramulia (ARNA)


No comments:

Post a Comment