Thursday, July 11, 2013

BI Naikkan BI Rate 50bps, Saham Perbankan Diapresiasi

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kemarin (11/7) menetapkan kenaikan BI Rate 50 bps menjadi 6,5%, serta kenaikan suku bunga deposit facility (Fasbi) 50 bps jadi 4,75%. Kenaikan ini akan mengendorkan persaingan di antara bank-bank untuk mendapatkan likuiditas yang terbatas, berdampak kepada kenaikan harga saham-saham beberapa bank besar.


Beberapa dampak yang segera dapat diharapkan dari kenaikan BI Rate ini adalah:
1. Kendornya persaingan likuiditas yang sudah beberapa waktu terjadi di industri perbankan Indonesia. Dengan adanya kenaikan BI rate sekaligus Fasbi , diharapkan uang yang beredar di masyarakat dapat ditarik kembali ke perbankan tanpa disalurkan kembali ke masyarakat.

2. Pelemahan Rupiah tertahan karena dengan kenaikan BI Rate, maka diharapkan akan ada capital inflow, atau minimal tertahannya capital outflow yang sedang terjadi. Capital outflow sendiri sedang terjadi bukan karena ketidak mampuan pasar domestik menyerap, namun karena pull factor dari negara-negara maju lain yang telah menunjukkan indikasi selesainya krisis.

3. Tertahannya tingkat inflasi. Tingkat inflasi sempat melonjak akibat kenaikan BBM bersubsidi diikuti dengan kenaikan harga-harga komoditi karena kurangnya pasokan dan ulah spekulan serta kenaikan permintaan menjelang bulan Ramadhan.

Walaupun untuk beberapa orang kenaikan BI rate ini di luar prediksi, akan tetapi sebagian besar menyambutnya dengan positif, termasuk AFN. Namun AFN juga memiliki beberapa catatan atas kenaikan drastis ini, yaitu:

1. Apresiasi positif hanya akan terjadi pada saham bank-bank yang besar dan memiliki likuiditas yang besar dan penyaluran kredit ke sektor-sektor yang arus kasnya kencang. Sebaliknya akan menjadi kendala bagi bank-bank menengah yang memiliki ceruk pasar pada sektor pembiayaan konsumen serta penyaluran kredit yang belum terbukti ke sektor-sektor yang arus kasnya positif dan besar.

2. Inflasi yang terjadi disebabkan karena faktor-faktor riil, yaitu gap antara permintaan dan pasokan. Karenanya, solusi yang bersifat moneter mungkin tidak efektif di dalam menekan tingkat inflasi dalam jangka panjang. Departemen-departemen terkait seperti Departemen Pertanian dan Departemen Perdagangan harus turun tangan secara langsung untuk membantu perbaikan tingkat inflasi ini.

No comments:

Post a Comment