Sunday, January 26, 2014

BRI Bukukan Kenaikan Laba 14,26%, Bunga Kredit Tinggi





 

Jakarta, 27 Januari 2014 – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., (BBRI) membukukan kenaikan laba bersih sebesar 14,26% menjadi Rp 21,34 triliun dibandingkan dengan periode 2012 lalu sebesar Rp 18,68 triliun dengan pendapatan masih didorong oleh pendapatan bunga bersih dari kredit disalurkan yang mayoritas dari kredit terhadap UMKM.
Portofolio kredit BBRI mayoritas berasal dari kredit UMKM yang mendapatkan bunga kredit yang tinggi yang mencapai 14-22% per tahun dibanding dengan kredit-kredit lainnya seperti infrastruktur atau modal kerja lainnya.

Kredit dari sektor UMKM BBRI selama 2013 tercatat sebesar Rp 179,60 triliun atau 41,35% dari total kredit disalurkan tersebut mengalami kenaikan 21,49% dibandingkan tahun 2012 lalu yang mencapai Rp 147,82 triliun meskipun dibayangi kenaikan suku bunga acuan dari Bank Indonesia dan beberapa aturan tentang pengetatan kredit.

Secara keseluruhan, total kredit disalurkan BBRI selama 2013 meningkat 23,78% menjadi Rp 488,10 triliun dibandingkan dengan penyaluran kredit selama tahun 2012 lalu sebesar Rp 362,01 triliun.
Dengan kenaikan kredit, terutama dari sektor UMKM yang memberikan yield yang relatif tinggi, tercatat net interest margin (NIM) BBRI  tumbuh menjadi 8,55% pada akhir 2013 dibandingkan tahun 2012 lalu sebesar 8,42%.

Tetapi, kenaikan kredit ini yang mencapai 23,78% tidak diikuti dengan kenaikan total simpanan yanga hanya naik sebesar 11,69% selama tahun 2013 lalu menjadi sebesar Rp 490,49 triliun dibandingkan dengan tahun 2012 lalu sebesar Rp 439,15 triliun dan juga ditunjukkan lewat kenaikan loan-to-deposit (LDR) ratio yang meningkat menjadi 91,36% dari sebelumnya 82,43%.
AFN melihat, jika dalam keadaan ekonomi yang tumbuh, pertumbuhan kredit yang tinggi menunjukkan profitabilitas yang tinggi meskipun simpanan tumbuh lebih rendah. Beban bunga dari simpanan akan cenderung lebih rendah.

Namun di saat perlambatan ekonomi seperti ini, pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral, dan kebutuhan likuiditas yang tinggi, pertumbuhan kredit yang tinggi tanpa diiringi peningkatan simpanan akan meningkatkan risiko likuiditas. Jika kesulitan likuiditas itu terjadi maka cost of fund yang akan ditanggung jauh lebih besar.

Di sisi lain,  Direktur Keuangan Achmad Baiquni, menjelaskan dalam 2014 ini, BBRI menargetkan kenaikan laba berkisar antara 10-14% hingga bisa melebihi Rp 23 triliun dan dimana target tersebut dinilai seiring dengan pembatasan kredit oleh Bank Indonesia pada kisaran 15-17% selama 2014, sementara Sofyan Basir, Direktur Utama BBRI menjelaskan tahun 2014 ini, BBRI menyiapkan dana hingga Rp 3 triliun untuk mengakuisisi lembaga keuangan.

Sebagai catatan, BBRI merupakan emiten pertama yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yang merilis laporan keuangan tahun 2013 secara resmi ke masyarakat. Sejak akhir tahun 2013 lalu, hingga perdagangan sesi pertama Kamis (23/1) hari ini, saham BBRI telah naik signifikan hingga 22,07% pada harga Rp 8,850.

No comments:

Post a Comment