Wednesday, September 4, 2013

Saham-saham Berebut Buyback, Hanya ada Beberapa yang Akan Efektif

Jakarta, 5 September 2013 - Belakangan ini sering sekali terdengar rencana emiten-emiten untuk melakukan pembelian saham kembali (buyback) akibat jatuhnya harga saham mereka di pasar. Tetapi penentunya adalah bagaimana pembelian tersebut akan berakibat kepada kinerja operasional, serta bagaimana kinerja emiten tersebut di mata pasar.

Tujuan buyback saham adalah untuk memberikan sinyal kepada pelaku pasar bahwa harga yang sekarang sudah undervalue (di bawah harga wajarnya). Buyback saham bisa efektif apabila sinyal tersebut kuat dan didukung oleh fundamental. Sebaliknya buyback saham akan dapat berbalik menjadi kesempatan pemilik saham untuk 'buang saham'nya dan merugikan perusahaan di dalam prosesnya.

Mengingat hal ini, maka  perusahaan dan investor perlu melihat apakah kriteria-kriteria di bawah ini sudah tercapai, sebelum melakukan buyback saham dan menerima sinyal dari buyback:

1. Posisi kas dan arus kas operasional dapat menutupi kebutuhan kas yang diperlukan buyback. Jangan buyback saham apabila menggunakan pendanaan eksternal atau akan mengganggu kinerja operasional;

2. Apabila harga wajar tidak terlalu jauh dibandingkan harga sekarang, maka buyback tidak perlu dilakukan. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku saham belum memiliki confidence yang cukup kepada emiten. Malah, emiten perlu menggiatkan aktivitas relasi investornya yang dapat meningkatkan kepercayaan tersebut;




Berdasarkan kriteria di atas, maka AFN menyarankan beberapa emiten ini tidak melakukan buyback:
1. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) karena harga wajarnya sudah di sekitar harganya sekarang. Lagipula posisi kasnya hanya sedikit di atas dana yang disiapkan untuk buyback sementara arus kas bersihnya masih negatif. Apalagi ke depannya TLKM masih membutuhkan dana ekspansi yang cukup besar
2. PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) yang harganya kini sudah berada pada kisaran harga wajarnya dan arus kas bersihnya masih negatif.
3. PT Tambang Batubara Bukit Asam  Tbk (PTBA) yang harganya kini sudah berada pada kisaran harga wajar akibat kondisi komoditas yang kurang kondusif.
4. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang arus kas operasional maupun bersihnya masih negatif signifikan.
5. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) yang masih mengalami arus kas operasional maupun bersih negatif signifikan.

No comments:

Post a Comment